Interior Villa Dago

Villa ini dibuat dengan konsep Minimalis.
Ruang yang terbatas, namun berinteraksi dengan ruang luar.

Komposisi bahan dan warna menjadi penting, membuat penataan bangunan menyatu dengan interiornya.

Catatan : Arsitektur, Konstruksi dan posisi Arsitek

Sebagian catatan atau file yg kami simpan dalam blog ini adalah berbagai variasi dan kemungkinan proyek, dalam proses dan perwujudannya menjadi bangunan (awam).
Tidak melulu produk yang kami tangani secara konstruksi bisa disebut sebagai suatu Karya Arsitektur. Butuh dialog konseptual antara kami penyedia jasa dan owner sebagai pengguna bangunan tersebut nantinya.

Sudah banyak desain yang secara bentuk sangat memiliki tantangan secara konstruksi sekaligus juga menunjukkan kemampuan desainer dalam menggagas konsep hingga bangunan tersebut terwujud.
Namun tentu saja, riset secara menyeluruh tentang informasi bangunan2 tersebut masihlah minim. Tidak terang dan cenderung terburu2 dipublikasikan.

Sejauh ini secara metode, organisasi profesi (arsitek) sampai saat ini belum bisa menunjukkan dan menjaga prosedur membangun dengan baik. Muara dari membangun yang baik adalah berguna bagi owner dan juga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, dan juga budget yg terukur.

Sementara ini masih banyak pertanyaan mengenai kriteria perhitungan bangunan. Informasi masyarakat (pasar) sangat menentukan. Walaupun secara keseluruhan informasi tadi belum tentu sepenuhnya benar. Tidak ada penenlitian dari organisasi profesi maupun akademis mengenai hal ini, bahkan dalam masa sepuluh tahun terakhir.

Pembekalan pendidikan Arsitektur harusnya merujuk pada kemampuan untuk meramu semua informasi2 mengenai konstruksi, mulai dari bahan, proses dan toolsnya (dalam lingkup metode). Visi dalam berarsitektur adalah merangkum, segala batasan2 dan kemungkinan yg ada di bidang konstruksi, dan kemudian menguji ulang secara matematis ke dalam rencana anggaran.

Proses Analisa dan Sintesa ini dilakukan SEBELUM pekerjaan konstruksi di mulai. Ini yg membedakan Arsitek dengan pekerja bangunan. Referensi visual (photography, info JPEG via internet) saat ini sudahlah sangat banyak. Namun siapakah yg bertanggungjawab menghadirkan kemungkinan2 estetika yg dipilih ke dalam wujud konstruksi nyata yang terintergrasi dalam site (lokasi pembangunan) yg ditentukan oleh pemberi tugas?

Kebijakan dibidang konstruksi untuk masyarakat di Indonesia ini sangatlah minim.
Pengetahuan mengenai standar spesifikasi bahan pun hanya menjadi konsumsi pekerjaan pemerintahan dengan produsen bahan. Kenyataan di lapangan, banyak sekali 'ketidak standaran' bahan yg di jual oleh distributor dan toko, apalagi di daerah2.
Efsiensi pekerjaan konstruksi menjadi semakin lemah, persaingan ditentukan oleh kemampuan memanipulasi harga. Separasi kegiatan kontsruksi pun muaranya hanya kepada urusan golongan mampu dan tidak mampu.

Secara organisasi profesi, kegiatan konstruksi ini ditelantarkan tanpa arah.
Entri2 dalam blog ini adalah catatan dari beragam proses yg terjadi, sekali lagi tidak semua produk secara konseptual adalah karya Arsitektur, sebagian adalah proses konstruksi yg dibidani dengan pemikiran Arsitektur.